Rabu, 18 Juli 2012

7 Cara Membuat Otak Anak Lebih Jenius


1. Belajar Musik



Ini merupakan cara yang bagus untuk meningkatkan pembelajaran otak kanan dengan santai dan mudah. Menurut hasil penelitian Universitas Toronto, pelajaran musik dapat meningkatkan intelligence quotient dan prestasi sekolah seorang anak. Bahkan semakin lama dipelajari, hasilnya semakin jelas.

2. Beri Minum Air Susu Ibu



Banyak penelitian ilmiah membuktikan bahwa air susu ibu (ASI) selain menyediakan berbagai macam zat gizi, juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan intelegensi bayi. Seorang bayi yang mengonsumsi ASI selama sembilan bulan secara nyata lebih pandai dari pada seorang bayi yang hanya mengonsumsi ASI selama satu bulan.

3. Tingkatkan Kesehatan



Tim peneliti dari University of Illinois telah membuktikan hubungan antara kesehatan dan pelajaran anak di sekolah. blogbelajarpintar.blogspot.com. Penelitian dari Oppenheimer Funds malah menunjukkan bahwa olah raga berkelompok bukan saja meningkatkan rasa percaya diri, membangun spirit kebersamaan, bahkan dapat memupuk kecakapan memimpin. Delapan puluh satu persen dari para direktris perusahaan pada saat masih kecil, semuanya pernah bergabung dalam suatu kegiatan organisasi.

4. Permainan



Memang ada banyak games yang bisa membuat pemainnya menjadi brutal, nyentrik ataupun malas berpikir. Namun juga ada sejumlah games yang dapat meningkatkan spirit bersosial, kreativitas dan inspirasi, bahkan ada yang dapat melatih anak untuk berpikir dengan bijaksana serta melatih kemampuan membuat rencana. Penelitian di University of Rochester juga menemukan bahwa anak kecil yang bermain games lebih berkemampuan dalam menemukan petunjuk rasa visual dalam belajar.

5. Menolak Junk Food



Kurangi mengonsumsi makanan berkadar gula tinggi, berpantang berbagai makanan berlemak tinggi dan junk food yang lain. blogbelajarpintar.blogspot.com. Sebaliknya, banyaklah mengonsumsi makanan sehat bergizi tinggi, ini akan meningkatkan perkembangan intelegensi dan motorik anak, terutama bagi bayi yang belum genap dua tahun, hal ini sangat penting. Misalnya, seorang anak harus mengonsumsi sejumlah zat besi untuk membantu pertumbuhan otak. Kalau kurang jumlahnya, penghantaran impuls syaraf akan melemah.

6. Memupuk Rasa Ingin Tahu



Para pakar mengungkap, ketika orang tua mendorong anak untuk mempunyai pemikiran sendiri, sesungguhnya adalah sedang meng-arahkan mereka pada pentingnya menuntut pengetahuan. Menaruh perhatian yang besar terhadap minat anak, mengenalkan dan mengajarkan ketrampilan baru kepada mereka pada setiap ada kesempatan mendidik di luar rumah, semua ini merupakan cara yang baik sekali guna memupuk dambaan anak untuk menuntut pengetahuan.

7. Membaca



Sejalan dengan kemajuan teknologi, banyak orang yang mengabaikan pentingnya membaca. Membaca merupakan cara meningkatkan intelligence quotient seseorang yang paling langsung dan efektif. Membacakan cerita untuk anak, menjadi anggota perpustakaan dan menambah koleksi buku bacaan semuanya merupakan cara yang baik untuk memupuk minat membaca seorang anak

Lihat yg lebih 'menarik' di sini !

Selasa, 17 Juli 2012

Mengajak Anak Kecil Berpuasa

Dari Rubayyi’ binti Mu’awwidz; dia berkata, “Rasulullah mengutus untuk mengumumkan pada pagi hari asyura’ di wilayah kaum Anshar yang berada di sekitar kota Madinah.

من كان أصبح صائما فليتمّ صومه ومن كان أصبح مفطرا فليتمّ بقية يومه
Barang siapa yang pagi hari ini berpuasa, hendaklah menyelesaikannya. Barang siapa yang tidak berpuasa, hendaknya menahan (makan dan minum) sampai malam.’

Setelah adanya pengumuman itu, kami berpuasa dan mengajak anak-anak untuk melaksanakan puasa. Kami juga mengajak mereka ke masjid dan memberikan mereka mainan dari kulit (wol). Jika mereka menangis karena lapar, kami menyodorkan mainan sampai waktu berbuka puasa tiba.” (HR Bukhari dan Muslim)

Di antara pelajaran yang bisa diambil dari riwayat di atas adalah:

[1] Para sahabat sangat perhatian untuk mengajak dan mendidik anak-anak mereka melaksanakan puasa.
Ini jelas terlihat pada strategi mereka membuat mainan dan mengalihkan perhatian anak-anak mereka dari keinginan untuk makan, sehingga puasa mereka tuntas dan sempurna.

[2] Anak-anak yang diperintah berpuasa oleh para shahabat adalah anak-anak yang masih dalam usia kanak-kanak.
Hal ini dipertegas oleh ucapan Rubayyi’ binti Mu’awwidz, “Kami mengharuskamn anak-anak kami yang masih kecil untuk berpuasa.” Juga ucapan Rubayyi’, “Maka kami membuat sebuah mainan dari kulit untuk mereka. Jika salah satu dari mereka menangis karena merasa lapar, kami menyodorkan mainan kepadanya.” Ini  tentunya dilakukan kepada anak yang masih berusia kanak-kanak, tidak dilakukan kepada anak yang sudah besar.

[3] Bersikap hikmah dan cerdas saat beramar ma’ruf nahi mungkar terhadap anak-anak.
Termasuk pelajaran yang bisa diambil di sini adalah tindakan para shahabat membuatkan mainan untuk anak-anak mereka –saat melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar. Oleh karena itu, hendaknya para orang tua mengambil contoh dari tindakan para shahabat tersebut, serta menerapkannya dalam melakukan amar ma’ruf kepada anak-anak mereka.

[4] Para shahabat sangat perhatian untuk mendidik anak-anak mereka melaksanakan puasa ‘asyura. 

Bagaimana perhatian mereka terhadap puasa Ramadhan setelah diperintahkan? Untuk mengetahuinya, mari kita cermati ucapan Amirul Mu’minin Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu terhadap peminum khamr yang dihadapkan kepadanya pada bulan Ramadhan, “Celaka kamu! Anak-anak kami yang masih kecil saja berpuasa.” Kemudian beliau memukulnya. (Shahih Al-Bukhari, no. 1690)

[5] Salah satu puasa yang dilakukan anak-anak para shahabat adalah puasa ‘asyura.
Puasa ini dihukumi marfu’ (atas persetujuan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) karena dilakukan pada masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengingkarinya. Berkaitan dengan ini, Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Menurut pendapat yang shahih di kalangan ahli hadits dan pakar ushul, jika ada shahabat yang mengatakan, ‘Kami lakukan itu di zaman Nabi,’ maka hal tersebut dihukumi marfu’. Sebabnya, pada dasarnya Rasulullah mengetahuinya, dan kesepakatan para shahabat membenarkannya, serta ada kesempatan bagi mereka untuk bertanya kepada Nabi tentang masalah hukum. Dengan demikian, tidak ada peluang untuk berijtihad dalam masalah ini. Oleh sebab itu, perbuatan yang mereka lakukan adalah berdasarkan tauqifi (perintah syar’i yang tidak bisa dibantah). Wallahu a’lam.” (Fathul Bari, 4:201–202 secara ringkas)

Al-’Allamah Al-’Aini mengatakan, “Sesungguhnya jika ada shahabat yang mengatakan, ‘Kami lakukan demikian di zaman Nabi,’ maka hukumnya marfu’, sebab diamnya Nabi menunjukkan pengakuan beliau atas tindakan itu; jika beliau tidak ridha tentu beliau akan mengingkarinya.” (Umdatul Qari’, 11:70; lihat juga Nailul Authar, 4:274)

[6] Disyariatkan untuk melatih anak-anak berpuasa.
Al-Hafizh Ibnu Hajar menyimpulkan, “Dalam hadits ini terdapat hujjah (dalil) tentang disyariatkannya pembiasaan bagi anak-anak yang berada dalam usia yang disebutkan dalam hadits, masih belum mukallaf (terkena beban hukum). Mereka melakukannya sebagai ajang latihan.” (Fathul Bari, 4:201; lihat ‘Umdatul Qari, 11:70; Nailul Authar, 4:273)

Ibnu Qudamah menjelaskan perkataan Imam Al-Khiraqi, “Kalau anak berumur sepuluh tahun dan sudah mampu berpuasa maka ia harus diperintakan untuk melakukannya.” Beliau mengatakan, “Artinya, sang anak diharuskan berpuasa dan dipukul bila meninggalkannya. Hal ini ditujukan sebagai pembiasaan dan latihan, sebagaimana dia perintahkan shalat dan disuruh melakukannya (sejak usia dini).”

Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah ‘Atha, Al-Hasan, Ibnu Sirin, Az-Zuhri, Qatadah, dan Asy-Syafi’i.

Al-Auza’i berkata, “Bila anak kecil mampu menahan puasa selama tiga hari berturut-turut, tidak batal, juga tidak merasa lemah, maka (hendaknya) ia dipaksa untuk berpuasa Ramadhan.”

Di sisi lain, Ishaq mengatakan, “Aku menyukai bila anak yang telah menginjak usia dua belas tahun diharuskan berpusa supaya dia terbiasa.” (Fathul Bari, 4:200 dan ‘Umdatul Qari, 11:69)

Kendati demikian, menjadikan usia sepuluh tahun sebagai paramater adalah lebih baik sebab Nabi menyuruh untuk memukul anak kecil jika meninggalkan shalat pada usia sepuluh tahun. Menjadikan patokan usia dalam memerintahkan anak berpuasa dengan menggunakan patokan usia perintah untuk mengerjakan shalat adalah lebih pantas, karena faktor kedekatannya. Juga karena keduanya berstatus ibadah badaniyyah dalam rukun Isam, meskipun puasa lebih berat. Oleh sebab itu, dalam hal ini faktor kemampuan tetap diperhitungkan, sebab ia (anak tersebut, pen.) mungkin bisa mengerjakan shalat tapi tidak mampu berpuasa.” (Al-Mughni, 4:412–413; lihat juga Al-Muhalla, 6:462, masalah no. 805)

Dari pernyataan Ibnu Qudamah kita dapat mengambil pelajaran bahwa anak kecil diperintahkan untuk berpuasa sebagaimana ia diperintahkan untuk shalat. Sebagian ulama juga menyatakan pendapat demikian meski mereka berbeda pandangan dalam hitungan usia anak mulai diperintah untuk mengerjakan perintah-perintah syariat tersebut.

[7] Perintah kepada anak tidak hanya untuk mengerjakan shalat dan puasa.
Akan tetapi, juga menjadi kewajiban para ayah dan ibu untuk memandu mereka melaksanakan amalan ketaatan lainnya. Tujuannya, agar mereka terbiasa dan terlatih untuk melakukannya sebelum mereka memasuki usia aqil baligh. Bertalian dengan hadits Rubayyi’ binti Mu’awwidz, Imam An-Nawawi menarik sebuah kesimpulan, “Dalam hadits ini tersirat pelatihan bagi anak untuk mengerjakan amalan ketaatan dan membiasakan mereka untuk beribadah walau mereka bukan mukallaf.” (Syarh An-Nawawi, 8:14)

Terbukti, para shahabat dahulu sangat antusias untuk mengikutsertakan anak-anak mereka dalam ketaatan serta melatih dan membiasakan mereka dalam ketaatan. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Ibnu Sa’d dan lainnya meriwayatkan dengan sanad shahih dari Ibnu ‘Abbas; beliau berkata, “Tanyailah aku tentang tafsir, sesungguhnya aku telah menghafal Alquran pada usia dini.” (Fathul Bari, 9:84)

Ringkasnya, anak-anak diperintahkan untuk mengerjakan amal ketaatan supaya mereka terbiasa dan bersimpati sebelum menginjak usia baligh. Dengan demikian, mereka akan mudah melaksanakannya saat berusia baligh.

Disarikan dari buku Mendakwahi Anak (Dasar dan Tahapannya), hlm. 58—66, karya Dr. Fadhl Ilahi, Cetakan Kedua (Mei 2006), Darus Sunnah Press, Jakarta Timur.

Senin, 16 Juli 2012

Oktober 2012 Anda Bisa Test HIV Di Rumah

Fokus dunia medis terhadap virus HIV semakin memberikan perkembangan yang berarti. Salah satu perkembangan terakhir adalah berita bahwa telah di approvenya sebuah alat tes HIV bernama ORA Quick yang dapat dilakukan di rumah. Alat ini akan menjadi alat test HIV pertama yg disetujui untuk pasar OTC alias Over The Counter alias dijual bebas di toko toko obat.

Ora Quick ini bisa mendeteksi reaksi

Kamis, 12 Juli 2012

Sekarang Tak Perlu Ragu Imunisasi !


Para ibu seharusnya tahu bahwa imunisasi dapat mencegah berbagai macam penyakit yang hendak menyerang balitanya. Karena faktanya banyak penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi. Jadi imunasasi merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh para ibu agar bayi kebal ari berbagai macam penyakit.

Karena itu jangan ragu untuk membawa anak balita anda ke rumah sakit, puskesmas ataupun posyandu untuk melakukan imunisasi.

Beberapa kuman penyakit memang telah mampu ‘diusir’ dari muka bumi sehingga tak lagi menjangkiti manusia, namun demikian anak-anak tetap harus di imunisasi. Hal ini karena tidak semua kuman dapat di usir (dieradikasi), seperti kuman penyakit penyebab tuberculosis misalnya.

Di Indonesia, kuman TBC termasuk sebagai kuman yang menempati peringkat tertinggi yang menyerang anak-anak dan orang dewasa. Oleh karena itu bayi kita wajib mendapatkan imunisasi atau vaksinasi sebelum berusia 3 bulan, demikian pula dengan vaksinasi untuk kuman penyakit Hepatitis B yang harus diberikan sebelum bayi berusia tujuh hari.

Hingga kini banyak orangtua yang belum memahami secara benar bahwa beberapa imunisasi harus diberikan secara berulang, lengkap dan tuntas. Pengulangan ini dimaksudkan agar kekebalan bayi terhadap penyakit tertentu dapat maksimal. Pengulangan imunisasi biasanya dilakukan setelah bayi berumur satu tahun, tetapi ada beberapa vaksin yang tak perlu diulang seperti vaksin BCG

Beberapa vaksin yang harus diulang pemberiannya adalah vaksin hepatitis B yang diberikan 3 kali pada saat anak masih bayi. Vaksin DPT harus diulang pada usia 1 tahun 6 bulan, 5 tahun dan 10 tahun.
Imunisasi campak dapat diul ng dengan MMR (campak gondong dan campak jerman) enam bulan setelah mendapatkan imunisasi campak. Imunisasi ini bisa juga diberikan pada saat anak berusia enam atau tujuh tahun (anak masuk sekolah dasar).

Demikian juga dengan vaksin polio yang harus diulang bersamaan dengan pemberian vaksin DPT sampai usia anak mencapai 5 tahun. “ Jika vaksin terlambat diberikan hingga usia anak melewati 5 tahun, maka vaksinasi ulangan yang diberikan bukan DPT melainkan vaksin TD yang berisi vaksin Difteri yang kandungannya lebih rendah daripada yang diberikan semasa bayi, hal ini untuk mengurangi gejala samping,” ujar Dr. Hindra Irawan Satari Sp.S (K), Dokter Spesialis Anak, Konsultan Penyakit Infeksi dan Pediatri Tropis RS Pondok Indah Jakarta

Saat ini banyak vaksin lain yang beredar di Indonesia seperti Rotavirus, Influenza, cacar air (Varisela), Hemofilus influenza tipe B (HiB), Pnemokokus (PCV), Hepatitis A, Tifoid, Human Papiloma virus (HPV) dan Meningokokus.

Vaksin kekebalan terhadap beberapa kuman penyakit sesungguhnya bisa diproduksi secara alami oleh tubuh, namun untuk mendapatkan kekebalan tersebut, manusia harus terserang kuman penyakit. Nah, pemberian vaksin dimaksudkan untuk mendapatkan kekebalan tubuh tanpa harus mengalami sakit terlebih dahulu

Berbagai pendapat yang keliru tentang imunisasi di berbagai saluran media massa belakangan ini dipandang akan mengganggu kemajuan program imunisasi di Indonesia. Saat ini, cakupan imunisasi di Indonesia baru mencapai 74 persen, padahal tahun 2014 ditargetkan 100 persen.

Imunisasi, menurut dokter spesialis anak dan konsultan, dr.Badriul Hegar, telah terbukti secara sahih dan ilmiah dapat mencegah penyakit-penyakit infeksi.

Pemberian imunisasi juga sudah diamanatkan dalam Undang-undang RI No.36 tahun 2009. Selain itu, Konvensi Hak Anak yang sudah diratifikasi Indonesia tahun 1990 juga sudah mencantumkan imunisasi sebagai bagian dalam mensejahterakan anak.

“Mengapa harus ragu dengan imunisasi?, bukti-bukti ilmiah sudah banyak yang membuktikan efektivitasnya. Malah fakta menunjukkan banyak sekali wabah terjadi karena cakupan imunisasi yang rendah,” kata Badriul, dalam acara seminar media yang diadakan dalam rangka Simposium Imunisasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) ke-3 di Jakarta, Selasa (10/7/2012).

Badriul juga mengkritisi tindakan sejumlah pihak yang mencoba menyebarkan informasi keliru tentang imunisasi.

“Kalau masih ragu dengan imunisasi dan didukung bukti ilmiah, mungkin memang perlu dikaji kembali kebijakan imunisasi selama ini. Tapi jika tidak bisa dipertanggung jawabkan, itu namanya menentang program imunisasi. Seharusnya ada sanksinya,” paparnya.

Dokter yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia itu menegaskan bahwa menghalangi imunisasi sama saja dengan menempatkan anak pada lingkungan yang mengancam jiwa.
“Pandangan yang keliru tentang imunisasi ini membuat keresahan di masyarakat dan ketidaknyamanan praktisi kesehatan dalam menjalankan tugasnya,” imbuhnya.

Karena itu dalam upaya pemeliharaan kesehatan anak orangtua seharusnya lebih dicerdaskan lagi. “Masih banyak anak Indonesia meninggal karena penyakit yang seharusnya tidak perlu terjadi,” katanya.

Yang perlu diiangat dan hal yang cukup penting adalah, pemberian vaksin harus dilakukan sesuai usia, agar efek perlindungan yang terjadi menjadi semakin tinggi, jadi jangan lupa imunisasi ya bu!

Sumber : kompas.health.com & wihans.info

Sabtu, 07 Juli 2012

Bantu Anak Temukan Bakat Cemerlang yang Tersembunyi

Tahun ajaran baru segara dimulai. Mungkin hampir setiap orangtua tidak menyadari, jutaan pelajar di usia awal sekolah diseleksi, dites dan dipilih demi menemukan mereka yang membutuhkan dukungan pendidikan bakat agar lebih berkembang.

  Bantu Anak Temukan Bakat Cemerlang yang TersembunyiYang terjadi, anak-anak dengan kemampuan lebih dianggap sama dengan yang lain. Celakanya, mereka dipandang sudah seharusnya mampu mengikuti setiap program yang diberikan.

Dalam kapasitas otak, mungkin iya, tetapi bagaimana dengan mental mereka? Jangan heran bila lazim dijumpai anak-anak cermerlang kita menjadi bosan, frustasi, dan bahkan berubah secara sosial dan akademis.

Padahal bisa jadi mereka membutuhkan program khusus untuk belajar dengan kurikulum sesuai percepatan mereka, dan berhubungan ''kawan setingkat'' yang mungkin memiliki ketertarikan sama
Ketika sekolah menjalankan tugas luar biasa untuk menemukan anak-anak hebat dengan metode pemindaian seperti rekomendasi guru dan tes IQ, orang tua jangan lantas tergantung sepenuhnya terhadap sekolah dan hasil pengetesan.

Perlu pula dipahami. program pelatihan guru hanya memberi sedikit--jika ada--pengajaran terhadap anak berbakat lebih. Ironisnya, sistem pengajaran yang ada membuat banyak anak dengan kemampuan lebih, justru tidak mencapai prestasi tinggi di kelas. Prestasinya biasa, atau malah tak begitu bagus dalam hasil ujian.

Anak-anak semacam ini bisa jadi memiliki masalah dalam fokus, perhatian, kemampuan organisasi yang lemah, atau sederhana, tidak cocok dengan gaya pengajaran di kelas. Sehingga mereka dipantau berlebihan dan dicap sebagai anak tertinggal. Mereka pun luput diperhatikan ketika ada seleksi atau program pemilihan anak berbakat.

Cerita seperti ini bukan hal baru. Beberapa pengamat tumbuh kembang anak memperkirakan, mayoritas anak berkemampuan di sekolah sering tidak teridentifikasi. Itu mungkin bukan tragedi besar bagi si anak, tapi sebaliknya, musibah besar dalam dunia pendidikan, bila ternyata terbukti mereka adalah anak-anak cemerlang yang butuh program khusus demi mendukung proses pendidikannya.
 
Sebuah cerita dituturkan oleh David Palmer, seorang doktor psikologi pendidikan di Amerika Serikat. Seorang bocah lelaki tinggal di Arizona dites privat atas permintaan ibunya yang prihatin karena nilai-nilai sang anak di kelas semakin jeblok. Si anak juga kerap berkonflik dengan guru, menjadi semakin tidak tertarik ke sekolah. Dalam hubungan sosial ia pun sering diejek dan diintimidasi secara fisik oleh teman-temannya. Rupaya teman-teman yang mengolok semakin antusias melihat reaksi berlebihan si bocah saat diprovokasi.

 Akhirnya orang tua mempertimbangkan home-schooling, sejak anak mereka kian sulit dan sulit keluar pintu rumah untuk pergi ke sekolah. Baginya sekolah adalah siksaan. Usut punya usut sekolah tidak pernah mengetes anak tersebut demi mengetahui bakat dan kelebihannya. Tes spesifik juga luput dilakukan padanya.

Sangat mungkin, sang anak tidak cocok dengan kompetisi meraih prestasi tinggi, kerjasama, citra anak manis, yang kerap dijadikan pertimbangan para guru saat menyeleksi anak berbakat. Tapi faktanya, ketika anak dipisahkan dari orang tuanya lalu menjalani tes IQ, hasil yang keluar 160. Itu angka serius, menunjukkan anak tersebut memiliki tingkat kecerdasan di luar kebiasaan.

Kisah semacam tadi sebenarnya bukan hal baru dalam kasus anak-anak dengan bakat dan kecerdasan lebih. Akhirnya si anak dites dengan metoda lebih cocok dan ditempatkan di program alternatif, di mana masalah akademis dan sosial dapat dihindari. Pada intinya, orang tua dan guru perlu menjalin pemahaman terhadap permasalah setiap murid dan berkolaborasi dalam prespektif lebih luas dengan solusi.

Karena tak jarang sekolah luput melihat seorang siswa berbakat yang sangat butuh program khusus. Pandangan orang tua sangat pun penting dan dibutuhkan. Semakin banyak pengetahuan yang dimilki orang tua, semakin baik posisi orang tua untuk berkolaborasi dengan sekolah demi memastikan potensi dan kebutuhan sang anak tidak luput dari perhatian.



Lihat yg lebih 'menarik' di sini !

Jumat, 06 Juli 2012

Penyakit Kista - Penyebab dan Gejala

Pernah mendengar kata "Kista"? Ya, kista merupakan penyakit yang menjadi 'momok' para wanita. Lantas apa penyebab kista? Gejala-gejala seperti apa yang dialami bila terserang kista, dan bagaimana mengobati kista? Yuk simak tulisan eSehat.com berikut yang dikutip dari berbagai sumber.

Kista merupakan benjolan yang berisi cairan yang berada pada indung telur. Bentuknya kistik, berisi cairan kental

Rabu, 04 Juli 2012

Tips Kesehatan Populer Bulan Juni

Walaupun bulan Juni telah berlalu, tak ada salahnya admin blog tips kesehatan memuat tulisan ini. Yaitu tulisan tentang tips kesehatan yang paling banyak dibaca pada blog ini. Penilaiannya dilihat dari banyaknya jumlah pembaca di setiap artikel yang diterbitkan mulai tanggal 1 juni sampai dengan 30 Juni 2012. Cekidot.
Artikel Tips Kesehatan Populer Ke-5Untuk artikel kesehatan paling banyak dibaca

Senin, 02 Juli 2012

Cara Menghilangkan Komedo

Cara Menghilangkan Komedo - Masalah komedo memang sering terjadi pada tiap orang, apalagi remaja. Umumnya komedo timbul di wajah atau di hidung. Menurut para ahli, komedo merupakan tahap awal dari jerawat sebelum bakteri masuk ke pori-pori dan menimbulkan peradangan pada kulit (Untuk Pembahasan Lengkap komedo, penyebab komedo dan tips menghilangkan komedo yang lain baca disini).
Artikel kali ini

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost